suatu kisah tentang negri nun jauh disana.
suatu ketika disebuah negri nun jauh disana. dimana orang orang tidak tahu menahu lagi apa hal yang benar dan apa yang salah negri tersebut terkenal dengan keindahan dan kesuburan alamnya. terkisah bahwa hujan yang turun merupakan madu, sungai sungainya tercipta dari susu, batang pohonnya manis dan buah buahan selalu turun. bahkan tanah dan bukitnya dilapisi emas dan berlian. meskipun begitu, rakyat negri tersebut banyak yang tidak bekerja dan lebih memilih memanfaatkan hasil alam. tanpa disadari hasil alam di negri tersebut lama kelamaan mulai menipis dan sedikit. tambang emasnya tidak akan bertahan selama 3 generasi sementara berlian yang ada di dalam bukit bukit sudah habis dikeruk oleh penambang.
syahdan dikatakanlah suatu ketika negri tersebut mengalami musibah yang mencekam. ada wabah bahaya yang menyerang negri itu. semua orang dipaksa untuk tidak keluar rumah bahkan ke ladang selama 2 minggu, hewan ternak harus diberi stok pakan selama 2 minggu lebih, dan setiap keluarga harus menyiapkan stok makan untuk 2 pekan mendatang. semua orang bingung dan kelabakan, hanya anak sekolah yang bersorak senang. karena libur panjang berarti tak ada bangku sekolah, tak ada bangku sekola berarti tak ada tugas rumah. tentu pemimpin negara tidak ambil diam, raja dan para bangsawan berlomba memberi bantuan kepada rakyat.
2 minggu pun dapat dilewati dengan aman dan tanpa masalah.masyarakat kembali berkehidupan seperti semula, dan wabah berhasil dihalau. namun suatu keanehan terjadi ketika para pengantar pesan menyampaikan kabar di alun alun tiap desa. pesan tersebut berisi perizinan pengusaha luara negri untuk membuka pabrik pabrik di negrinya selain itu ada juga pesan tentang penurunan jumlah uang upeti. masyarakat yang bimbang karena sumberdaya yang mulai menipis, ditambah selama ini mereka selalu berselisih dengan negara negara luar membuat pemikiran mereka semakin kalap. baru usai melewati wabah berbahaya, sudah dihadapi oleh masalah yang lebih pelik lagi. dalam keadaan bingung, masyarakat pun ramai ramai menuju ibu kota dan berunjuk rasa. di ibu kota, para menteri dan raja kebingungan menghadapi rakyat satu kerajaan yang berunjuk rasa di depan istana bahkan tumpah ruah diseluruh ibu kota.
raja yang bingung pun akhirnya keluar dari tahtanya dan menyampaikan pendapatnya kepada rakyat. raja yang botak itu menyampaikan bahwa keputusan itu diberikan agar masyarakat bisa bekerja di pabrik pabrik asing, dan untuk berjaga jaga bila suatu ketika hasil pertambangan habis dan musim paceklik. biarpun begitu rakyat tidak terima dan terus mendesak raja agar mencabut ketetapannya. dalam kehebohan tersebut seorang kakek tua yang dianggap gila berbisik kepada seorang pemuda yang diam di sudut kota melihat kehebohan tersebut. begini sahut kakek tua itu.
"anak muda, kau tahu siapa yang bodoh diantara pihak kerajaan dan rakyat yang menuntut kesejahteraan?" kakek tua itu berbicara sembari membawa botol bir nya yang besar.
"tidak"
"kau tahu, tidak ada orang bodoh diantara mereka. karena mereka semua hanya menuntut apa yang mereka inginkan, selagi tak ada yang memulai tindak kekerasan keduanya masih orang orang yang berdamai. seperti dedaunan pohon yang berisik ketika tergesek oleh angin, mereka akan mereda segera dan saling berpelukan lagi. semoga." kakek itu pun pergi dalam gang ibu kota, dan tak terlihat lagi sejak kehebohan tersebut.
Komentar
Posting Komentar