manusia pembunuh tuhan

 "TUHAN TELAH MATI!" ya, Tuhan telah mati. "dan manusia yang membunuhnya" manusia membunuh Tuhan dengan tangan yang berlumuran darah. jika bisa berkata. ku rasa, apa yang disampaikan oleh nietzsche bukan hal yang salah, manusia terlalu angkuh dan naif untuk mempercayai semua itu. manusia terlalu takut pabila apa yang menjadi ilusi mereka selama ini hangus tak tersisa. manusia? semua yang kulihat bukan manusia, tapi iblis yang menggunakan topeng opera dari kulit orang orang mati!.

Ruangan itu sunyi, hanya ada seorang gadis yang sedari tadi menatapi dunia dibalik jendela sangat serius.

"mikir apa mi? serius banget" seorang, pria dengan topi caping menghampiri gadis belia yang dipanggilnya "mi".

kepalanya menggeleng, bibirnya tersenyum. seolah berkata "nggak ada apa apa" jelas wajahnya menyampaikan kebohongan, rumi, gadis belia yang dianugrahi tidak bisa bicara itu memang selalu menyimpan segalanya seorang sendiri. umurnya 10 jalan 11 tahun, anak seorang pejabat daerah. di rumahnya yang tidak terlalu besar itu, banyak sekali hal yang ia pikirkan. sejak usia 5, rumi senang menatap keluar jendela membaca dunia.

"o... kalo ndak mau cerita nggak apa apa..." lelaki itu tersenyum mengelus rambut rumi yang hitam tipis bagai benang sutra yang gemerlapan terkena cahaya. "rumi... besok papa akan pergi ke kota, rumi mau buku baru?"

dengan spontan gadis itu mengangguk penuh semangat. matanya berbinar bagai mutiara.

"oke... nanti papa bawakan rumi, buku yang banyak." lelaki itu tersenyum sebelum mengelus rambut putri kesayangannya itu, lalu pergi.

wajah rumi kembali memandang trotoar jalanan di depan rumahnya. dari sebrang rumah, pandangannya mulai melangangbuana, menatap dan membayangi sana sini. tiba tiba ia teringat dengan berita di surat kabar pagi itu. berita tentang ricuhnya demonstrasi masyarakat, tentang amukan warga, tentang wakil rakyat yang korup tentang bencana dan rusaknya alam. dahinya mulai mengkerut, ia memikirkan bagaimana jadinya dunia yang katanya berprikemanusiaan dan berketuhanan ini. apakah masih ada rasa belas kasih?. ia mulai teringat perkataan nietzsche yang sebelumnya ia pikirkan, apakah Tuhan benar benar telah dibunuh oleh manusia?. 

"Tuhan, aku percaya dirimu tidak akan pernah mati, keberadaanmu tidak bisa disandingkan dengan apapun dibumi ini. kau adalah entitas teratas, teragung, terkonkrit juga terabstrak. Tuhan yang manusia bunuh bukanlah engkau, melainkan pemahaman mereka mengenai dirimu serta keberadaanmu. Tuhan, apakah manusia masih bisa diselamatkan?. dosa yang diciptakan oleh manusia terlalu banyak Tuhan. sesungguhnya aku malu mengaku diriku sebagai manusia. karena kebanyaka dari kami melupakan keberadaanmu. kami hanya mempercayai bahwa dirimu ada, namun kami seolah tutup mata akan keabsolutan dirimu. apakah ada yang lebih berdosa selain kami Tuhan?. aku tahu Tuhan, dalam kitab suci, iblis adalah pencipta dosa pertama. namun Tuhan, aku tahu, dosa iblis hanyalah kesombongan dan rasa iri yang timbul dalam hati. sementara itu Tuhan, manusia telah membunuh, menghasut, mengadu domba, mencuri, memperkosa, merusak semesta, menipu, bahkan berhenti berharap kepadamu."

"Tuhan, mengapa dirimu begitu mencintai manusia? kami adalah mahluk paling berdosa, kotor, hina dan tidak punya muka. Tuhan, apa kelebihan manusia? kami menjadikan agama yang kau bawa sebagai tameng kejahatan, kami menjadikan asasi kami sebagai alibi atas tindak salah. dan setelah semua itu, kami masih menggunakan keadilan, kebajikan, kebenaran sebagai pembenaran atas kesalah kesalah dan kebiadaban kami."

"Tuhan, apakah masih ada surga untukku? Tuhan jika berkenan, sisakan juga bagian surga untuk mama dan papa. mereka adalah orang baik, papa bukan bagian dari pejabat yang jahat, dan mama adalah ibu dan istri yang terhormat. Tuhan. setidaknya, jika tak ada surga lagi bagi kami. aku harap kau memberikan neraka sebagai hadiah. bukan siksa."

tanpa sadar doa bisunya itu menyebabkan air mata mengalir dari pipinya. Rumi seorang gadis manis yang dianugrahi mulut yang tidak bisa bicara. menangis memohon kepada Tuhan dalam keheningan


layaknya Tuhan yang telah manusia bunuh. kebenaran dan keadilan juga telah lama membusuk.

diatas bangkainya orang orang bugil menari atas nama peradaban. bersorak sorai atas nama kehidupan dan kebebasan.

tanpa keadilan, tanpa hukum, melupakan kedigdayaan Tuhan. 

 

Komentar

Postingan Populer