cream or tilik? it's all about humanity

dalam kehidupan modern kali ini, film bukan hanya menjadi bahan hiburan saja. dewasa ini, film sudah bermetamorfosa menjadi sebuah seni yang mampu menyalurkan makna yang sangat dalam. kali ini mari kita membahas dua film pendek luar biasa yang sangat sederhana namun dibalik kesederhannaanya film ini mengandung unsur filosofis tinggi yang mampu membelalak mata kita. 

pertama mari kita bahas film TILIK asal indonesia. sebelumnya saya hanya akan mebeberkan makna film saja tanpa membahas qualitas film, pemeran, dan lainnya. oke, check it out!


TILIK ini merupakan film pendek, yang sangat unik. ketika pertama menonton film ini kita akan bertanya tanya, kemana arah film yang sedang kita tonton, dan apa bahasan utama film ini. sepanjang perjalanan saya merasa terkuliti sebagai warga indonesia. dengan berbagai kebiasaan uniknya. bagaimana tidak sejak awal film kita akan diperlihatkan truck besar yang bukan membawa muatan material, hewan ternak atau benda lainnya. yang kita lihat diatas bak truck tersebut adalah sekumpulan ibu ibu!. iya ibu ibu!, bukan hewan ternak. diatas bak tersebut ada banyak sekali ibu ibu mungkin sekitar satu RT atau RW. mereka bertujuan mengunjungi ibu lurah yang diceritakan sakit dan tengah di rawat di rumah sakit.kebiasaan nebeng truck ini memang bukan hal aneh lagi di indonesia, namun hal ini bukan hal baik. tentu saja, truck diperuntukan bagi barang muatan atau hewan ternak. apakah manusia barang atau mungkin hewan?.


selanjutnya dalam perjalanan kita akan melihat sisi liar para ibu ibu. saling sindir dan tidak mau menerima pandangan orang lain. salah satu ikon viral dari film ini, bu tejo menggambarkan sosok ibu ibu indonesia yang terkadang banyak omong dan gemar menggosip juga gemar pamer sembari merendah. indonesia banget, ya!. selain itu hal yang ingin saya cermati juga adalah kebiasaan masyarakat indonesia yang asal menerima info dan asal menyimpulkan menggunakan gaya cocoklogi untuk mencari missing link dan bergaya bak intel yang berhasil memecahkan sebuah masalah besar lalu tiba tiba BRAVO! satu masalah berhasil digossipkan. sepanjang perjalanan kita akan dipusingkan oleh pergossipan antara ibu ibu, dimana bu tejo ini menjadi leader dari kebanyakan ibu ibu disana. mereka semua menggossipkan dian yang dikabarkan sebagai perempuan tidak benar dan tuang rayu suami orang. dilain sisi yu ning yang merupakan kerabat jauh  dian ini selalu membela yati dengan gayanya yang lebih mengedepankan positive thinking walaupun begitu yu ning ini tetap saling sindir dan saling mencoba menjatuhkan bu tejo. hal ini sudah seperti tabiat ibu ibu indonesia. tentu tidak semua hanya saja citra yang ditampilkan oleh berbagai media seperti itu. saling sindir, tukang gossip dan lain sebagainya biarpun begitu tidak semua ibu ibu indonesia seperti itu. setiap kepala punya pikirannya masing masing.

hal lain yang mengasyikan juga adalah ketika  film meperlihatkan bagaimana kebiasaan warga indonesia menyogok polisi. dan yang lebih hebohnya lagi dalam film TILIK ini yang kita lihat bukan pengendara yang menyogok tapi ibu ibu yang tentu membuat kita berfikir bahwa ibu ibu indonesia memang raja berbagai medan baik jalanan, dapur, rumah tangga, hingga keuangan negara. lalu di klimaks kita akan melihat sesuatu yang agak miris. karena ternyata bu lurah belum bisa dijenguk langsung, hal ini sontak membuat ibu ibu kecewa dan mulai menyalahkan yu ning, karena yang mengajak ibu ibu untuk menjenguk bu lurah adalah beliau. kebiasaan blaming  ini bukan hal yang aneh di indonesia, hal yang ternyata keterbalikan dari sifat masyarakat yang dikatakan gotong royong ini. pada titik ini saya berfikir apa masih ada gotong royong di indonesia?.

di akhir film kita akan diperlihatkan sebuah plot twist yang membelalak mata, bahwa ternyata semua yang dikatakan bu tejo dan mayoritas ibu ibu tidak sepenuhnya salah. ternyata dian adalah istri kedua dari suami bu lurah. dan kita juga dapat menyimpulkan dari ending tersebut bahwa keluarga bu lurah tidak baik baik saja, dari mulai bu lurah yang sakit, fikri anak bu lurah yang tidak bisa menerima dian sebagai ibu tirinya dan suami pak lurah yang kawin lagi. in the end film ini seolah mengupas blind spot  masyarakat indonesia. sebuh film yang layak jadi perenungan.

the second and the last is cream! its not about ice cream nor night cream but its about cream that grant all wishes.  hohoho bayangkan bila manusia dapat menciptakan sebuah krim yang mampu mengabulkan segala keinginan. hohoho maka kita tidak butuh sinter clause, kita tidak butuh jin dalam botol, kita tidak butuh bintang jatuh! bahkan pada suatu titik, akhirnya manusia beranggapan tidak membutuhkan tuhan!. masih logis? ho... bagi atheis ini logis mungkin, namun kita beragama bukan?.

film ini menggambarkan bahwa manusia tidak akan pernah sempurna, bayangkan bila cream yang mampu mengabulkan segala impian tercipta, tak ada perang, o... dunia damai, tak ada polusi udara, air dan darat, ah... ini yang aku butuhkan tak perlu kerja, o... libur setiap hari. tak ada wajah jelek sejak lahir, o... aku tak perlu palstik lagi, tak perlu belajar, wah... siapapun bisa menjadi ilmuan. tak perlu menua, wah... aku awet muda. tak perlu mati, ah... menyenangkan walaupun agak menakutkan. tak perlu makan, tak perlu melangkah, tak perlu minum, tak perlu mandi tak perlu sakit lalu kita menjadi manusia atomic yang bersatu dengan COSMOS. wah... luar biasa. kita bisa menciptakan sriwedari, eden, firdaus bahkan surga!.

tapi tunggu dulu, jika semua hal dapat kita kabulkan, maka masih adakah ruang penasaran dalam diri kita? masihkah berharga nyawa yang tanpa batas? masihkah kita menjadi manusia? hingga pada suatu ketika iblis pun  berbisik "kau bisa menjadi tuhan!". ini gila!, manusia diciptakan untuk hidup berputar seperti roda. merasa bahagia dan sedih tiap saat. namun bagaimana bila sejak awal kita bisa mengabulkan segala hal? ah... ini cerita lain yang akan kita bahas lain waktu.

diakhir kita akan diperlihatkan bahwa manusia tidak nyaman dengan adanya krim dengan konspirasi yang entah diciptakan pemerintah untuk menjaga keseimbangan atau diciptakan oleh pengusaha untuk menjatuhkan lawan. pada akhirnya manusia bumi tidak bisa menerima kesempurnaan. ada satu hal yang tertinggal, krim ini tidak bisa memanipulasi, media!.

in the end, kedua film ini tentang kemanusian dan manusia. dari pada pusing silahkan tonton sendiri! check it out!.

CHERIOOO!!!

Komentar

  1. Wahh bagus, tapi kayaknya dian yah yg mau jadi istri kedua pak lurah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh dian yati sih. Saya lupa udah 2 bulan yang lalu nontonnya 😂

      Hapus
  2. Filosofis banget. Penyampaiannya bener-bener greget.

    Sukses terus.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. always greget baca tulisan kang rizki, renyah dan filosofis. good job kang

    BalasHapus
  6. setuju kak sama statement "cocoklogi"nya, udah bukan hal mengagetkan lagi ya kalo masyarakat sini sangat ahli dalam ilmu cocoklogi, hehe

    BalasHapus
  7. dari film Tilik ini memang jadi ngajarin banyak hal, aku jadi pengen tau banyak film-film pendek Indonesia ini

    BalasHapus
  8. Film tentang manusia dan kemanusiaan. Tema yang menarik kak.

    BalasHapus
  9. Saya tidak setuju blaming = tidak ada gotong royong, bahkan penulis malah mempertanyakan semangat gotong royong yang menurutku ada disepanjang film. sebagai contoh:
    1. Menggunakan truk milik gotrek. Karena ibu-ibu khawatir dengan kondisi bu lurah. Mereka akhirnya menumpang truk milik gotrek, karena susah mencari bus. Karena semangat gotong royong, gotrek memberi tumpangan ibu-ibu.
    2. Kalau penulis perhatikan, pak polisi disogok dengan banyak makanan, yang tentunya bukan hanya dari satu orang bukan?
    3. Blamming yang mungkin terjadi pada yu ning akibat dari mereka merasa dipeemainkan oleh yu ning. Bukan karena hilangnya semangat gotong royong. Dan ini ekspresi yang wajar. Tidak wajar jika kita terjatuh dan sakit tapi kita tidak mengaduh. Minimal meringis kek, merasakan sakit. Maaf kalau komennya belepotan 🙏

    BalasHapus
  10. Film cream ini menwujudkan standar kebanyakan orang.

    BalasHapus
  11. film tilik realita emak-emak jaman now

    BalasHapus
  12. Keren kak ulasannya... tetap semangat menulis kak...

    BalasHapus
  13. Kalau ingat tilik jadi bayangkan dulu didesa Saya juga bahkan sblm pandemi kalau visit ke tetangga yg sakit juga naik truk atau pickup

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer