kisah tentang seorang pemuda

ombak yang menerpa kaki kita di musim panas yang lalu
masih terasa dengan jelas pasir dan buih yang menempel di kaki
angin pantai yang membelai rambutmu
dan senyum hangat yang kau berikan dikala senja itu

andai saja bukan karna waktu yang membelah perasaan kita
entitasmu akan tetap ada dan berdiri dihadapanku
bersama, memandang senja dan menuliskan apa apa saja yang akan dan tak akan kita lakukan
atau mengisi hari hari kita dengan janji yang belum kita tuntaskan waktu itu

namun mengapa waktu mesti merubah segalanya
senyum dari wajahmu yang langsat seperti kemilau senja di pantai itu
hangat dan lembutnya genggamanmu yang tak pernah kulepas
bahkan mesranya pelukmu yang tak lagi kurasa

andai saja kita dapat merèka ulang buku takdir yang telah tuhan tuliskan kala itu
mungkin tlah kuciptakan keabadian untuk kita berdua
hanya kita
dan hanya untuk kita saja
dalam ruangan yang menyimpan segala kenangan
tentang tangismu dikala musim dingin
tentang tawamu dikala musim gugur
tentang marahmu dikala musim panas
tentang senyummu yang manis di musim semi
tentang cinta kita yang abadi

andai saja mampu ku ulang aliran waktu yang membawamu pergi
tak akan kubiarkan dirimu pergi untuk kedua kalinya
hingga saat ini
masih terasa jelas hangat senyummu dikala senja itu
ketika pertama kali
kau bisikan kemesraan di telingaku

sukabumi-23-10-2019
ditulis bersama alunan bunga mentari dan kembang api

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer