the hunter and the silver witch
Ruangan itu
berantakan sebuah tubuh yang terbujur kaku, dan mayat serigala putih yang penuh
darah di pojok ruanghan itu terdapat
sebuah meja,diatas meja kusam itu terdapat sebuah pena bulu unggas, tinta hitam
dan sebuah buku besar dengan tulisan nord kuno halaman 113 tertera di bagian tengah bawah buku itu.
Seorang gadis dengan rambut perak
dan kulit putih seperti salju sedang sibuk menata berbagai macam barang di
sebuah altar.
Gadis itu
kini merapalkan sebuah mantra, mulutnya berkomat kamit melantunkan kata kata
berbahasa nord kuno, aura berwarna putih transparan menyelimuti gadis itu,
sementara cahaya peri berpendar disekelilingnya, mata gadis itu terpejam focus terhadap
apa yang ia rapalkan tiba tiba sebuah cahaya hitam datang dari langit menembus
atap dan langsung menuju dua buah mayat mahluk bumi yan terbujur kaku diatas
sebuah altar dengan lingkaran magis yang digambar oleh darah segar.
Jari tangan
gadis itu masih mengucurkan darah segar, mulut gadis itu masih berkomat kamit
dengan bahasa nord kuno, tubuhnya mulai memanas asap kelabu pucat mulai muncul
dari tubuhnya, darah gadis itu bergejolak menahan kekuatan alam yang ditolak
tubuhnya, dua mayat yang berada di altar itu tiba tiba meleleh dan sebuah asap
hitam memutarinya, bau bunga bakung dan moontear menyerubungi ruangan itu,
sebuah tangan besar dengan telapak serigala dan cakarnya yang tajam perlahan
keluar dari asap hitam yang berputar di
altar, gadis itu kini berhenti merapalkan mantranya, dan air mata mulai
membasahi pipinya.
“datanglah
kekasihku… aku yang berdosa ini pantas menerima apa yang seharusnya menimpaku,
tak seharusnya aku membiarkanmu seperti saat itu”
Kini sosok itu semakin jelas, sebuah
monster besar seperti serigala yang berperawakan manusia berdiri tegak diatas
altar, bulunya yang keperakan dan lebat, kaki tegapnya yang kuat dan kekar
dengan cakar tajam yang mencekram lantai, giginya yang putih pucat dan runcing, nafasnya panas mengeluarkan uap, matanya merah menyala. monster itu
berdiri dengan sangar di atas altar berlingkaran sihir,menatapi
sekeliling ruangan kusam itu matanya kini sayu memandangi tubuhnya yang mengerikan, matanya basah berkaca kaca, tubuh besarnya bergemetar monster itu memandangi gadis didepannya yang tersenyum dengan sangat lega, senyuman yang sangat manis dan indah, tangan
gadis itu mengusap lengan atasnya sembari tersenyum hangat pada monster itu.
“selamat datang tuan pemburu… aku
telah lama menunggumu”
Monster itu
berjalan dengan terbata bata langkahnya gemetar terhuyung huyung dengan tangan yang menggapai
kedepan dan bibir yang tak mampu berkata apa apa hanya lolongan kecil lemah
yang keluar dari bibirnya.
“terima
kasih kau telah bersamaku selama ini… aku senang dapat bersamamu… maaf karna
hanya ini yang dapat kulakukan untuk mu” gadis itu memeluk sosok besar
dihadapannya matanya berkaca kaca berkilauan seperti permata, tangan mungilnya memeluk
mahluk itu sangat kuat sekuat yang ia bisa seolah tak ingin melepasnya
“ kau kini
sudah bebas, kau tak perlu mengikuti perintahku lagi, hiduplah dengan bebas dan
temukanlah cinta abadi mu maaf karna aku tak bisa menepati janjiku untuk terus
bersamamu, hiduplah dengan bebas dan damai”
Tubuh gadis
itu melemah seketika, bibir mungilnya tetap tersenyum matanya bersinar, sayu
berkaca kaca tubuhnya mulai memanas, monster itu terus mengucurkan air mata
bibirnya bergetar tak bisa berkata, sekeras apapun ia mencoba ia tak sanggup
mengatakan apapun hanya lolongan yang mampu ia keluarkan, tubuh gadis itu tak
berhenti tersenyum, kulitnya yang putih dan mulus bagai sutra meleleh sedikit demi
sedikit,kini semuanya merah darah membasahi tangan monster itu, kulit terberai,
daging menggolak kelepak bunga angsoka meleleh menjadi darah yang merah matanya yang bersinar
penuh dengan semangat itu tergeletak dilantai menatap tepat ke-mata mahluk
besar itu, tubuh putih mulus, dan senyum tulusnya yang indah seperti pelangi di ujung sungai harapan, kini telah menghilang untuk selamanya. dihadapan
monster itu hanya tersisa seonggok tengkorak putih pucat yang terus tersenyum,
kata kata lirih terakhir gadis itu terngiang di benak monster itu, dalam malam
yang panjang dan penyesalan yang tak berujung mahluk mengerikan itu melolong tak
henti henti dengan pipi yang basah tak kunjung kering, tak ada satu pun bahasa
manusia yang dapat ia ucapkan bila ia dapat berkata dengan bahasa yang dimengerti manusia maka dia
akan berkata dengan keras
“curang”
Dalam kesedihannya
yang mendalam monster itu ditemukan oleh para pemburu yang sedang berburu
dihutan hyrde yang agung, karena dianggap bencana, warga membunuh mahluk itu
dengan cara memancungnya di tengah kota odinsburgh tanpa perlawanan mahluk itu
menerima segalanya tanpa menghiraukan nyawa gadis berambut perak itu yang telah
dikorbankan untuk memanggilnya kembali kedunia ini.
avismelivera13
//bila ada
kehidupan kedua yang harus kulalui dengan mengorbankamu, aku lebih memilih mati yang kedua kali untuk
kembali bersamamu di alam kematian\\
Wooow... epic!
BalasHapushatur nuhun ibu ...
BalasHapusSerem.... tapi sedihhh.... keren.... sakiittt ikkhhh....
BalasHapuscinta dibaawa mati ya gini ya, hehe
BalasHapusbagus... 👌👌😍
BalasHapusaku endorse tulisannya ya.. fiks ini bagus, cerita fiksi.
Hapus