Sirkus kehidupan

Jalanan kembali basah. Dari dalam sini semua tampak berkerlip. Gorong-gorong yang meluap Dan rintikan hujan yang nampak menggelitik. Masih tetap Tak bisa mengajakku untuk membuka mulut Dan berbicara dengan gadis disampingku. Hanya suara gadis yang menyampaikan pengumuman dari speaker kereta yang kudengar sore itu. Hujan yang menyerbu menambah dingin suasana. Ditambah pengatur suhu yang nampaknya rusak, gadis disampingku masih mengusap-usap lengan atasnya. Kurasa sore ini akan semakin dingin.

Masih terpaku pada hal yang sama. Kita selalu saja mempermasalahkan hal sepele Dan mengubahnya menjadi Hal besar. Bak pesulap sirkus yang sanggup memunculkan puluhan merpati dari topi bundarnya yang kecil. Kita pun selalu memunculkan masalah masalah yang tadinya Tak dipermasalahkan. Namun begitulah sirkus kehidupan bekerja. Dalam riuhnya gemericik hujan Dan bisingnya mesin kereta ku intip waktu yang tertera di jam tanganku. Jam pendek mengarah pada angka lima sementara jam panjang melewati angka tujuh. Pukul Lima 37 menit pikirku Dan selama Satu jam lebih kami masih keukeuh pada ideologi masing masing. Ingin sekali aku membentaknya atau berkata kasar. Tapi bibirku terlalu kaku untuk berbicara. Mungkin begitu juga yang ingin gadis di samping ku ini sampaikan. Satu setengah jam lagi bila sampai kereta ini sampai di stasiun dan gadis disampingku masih tetap dengan kemauannya, harus kuakui dialah mahluk paling keras kepala.

Dari sini nampak jalanan Ibu Kota yang macet Dan penuh dengan kendaraan. Anak kecil yang basah kuyup berlarian membawa Payung tertawa bahagia tanpa beban masalah. Berbanding terbalik dengan sopir angkot yang nampak geram karena Tak Ada Satu pun penumpang yang menaiki angkotnya. Rintik hujan yang menetes di kaca dan panorama perkotaan yang basah kuyup semakin mengantar kami menuju tempat tujuan. Setelah mengumpulkan kekuatan kucoba untuk sekedar menengok kesamping wajah cemberutnya masih menempel saja. Matanya yang sinis Dan tajam menatapku bagai hewan buruan. Berurusan dengan gadis ini memang benar benar memusingkan.

Pintu gerbong tiba-tiba terbuka. Seorang wanita umur 30an dan dua orang anak kecil yang masing-masing memegangi kantung plastik masuk dan duduk di kursi sebrang. Mata ku dan gadis di sampingku tertuju kepada dua anak kecil yang nampak kembar. dengan cepat ku tatap wajah gadis di sampingku, matanya nampak berkilau dan penuh harapan. Bibirnya yang sedari tadi kecut pun tiba tiba tersenyum. Melihat responnya yang baik tentu memebuatku agak tenang dan lega. Melihatnya agak senang aku mencoba memanfaatkan kesempatan ini untuk menggodanya. Ku colek pinggangnya. Bukannya mendapat reaksi yang ku inginkan gadis ini masih marah dan berbalik memukul sambil memelototiku dengan matanya yang sinis. Tiba-tiba dari sebrang terdengar suara cekcok dua anak anak kembar tadi.
"Pokoknya adik pengen di jendela!"
"Enggak kakak yang di jendela!"
"Adik!"
"Kakak...!"
Selama beberapa saat kedua anak itu saling beradu omongan dan keukeuh akan keinginannya. Sementara wanita yang nampak bersama mereka berusaha menenangkan mereka berdua.
"Yaudah kakak duluan yang di jendela! Ntar klo keretanya berenti giliran adik!" Sahut anak kembar yang disebut kakak itu memberikan pilihan yang membuat kami ingin tertawa karena teringat akan masalah kami berdua yang Tak jauh berbeda.
"Iya. Yaudah kakak dulu ntar giliran adek" mendengar sang adik menerima Hal itu spontan membuat kami tertawa. Mengingat permasalahan yang kami buat hanya berasal dari posisi duduk Dan merembet kemana mana membuat kami Tak sanggup menahan tawa sore itu. Melihat kami yang tertawa Ibu dari kedua anak itu hanya tersenyum. Bahkan yang Tak disangka tanpa disadari tanganku sudah merangkul pundak istriku yang sedari tadi cemberut. Bahkan istriku hanya tersenyum Dan memeluku. Setelah kejadian itu perjalanan kami terus berlanjut dengan obrolan obrolan kecil bersama ketiga penumpang hebat dihadapan kami.

Sirkus kehidupan memang hebat sekali sebuah masalah kecil yang berkembang menjadi masalah besar dengan cepat dapat hilang hanya dengan obrolan kecil seperti tadi. Layaknya Seorang pesulap yang mampu menyihir gajah yang begitu besar hilang dalam sekejap hanya dengan sebuah kata sederhana "simsalabim abra kadabra".

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer