Cerpen pak tua geppeto III ( not finished)
Lagi lagi ruangan putih itu berdebu hanya seorang kakek tua yang merenung disebuah pembaringan sederhana, sebuah meja kecil dibawah jendela diatasnya terdapat segelas air putih dan sebuah kalung yang putus terberai, ditangan pria tua itu ada sebuah foto seorang pemuda manis, pinokio, orang orang menyebut pemuda manis itu dengan sebutan pinokio, seharusnya saat ini ia berumur 12 tahun, pipinya kemerahan dan senyum tak pernah lepas dari bibirnya, seorang pemuda manis yang tak pernah mengeluh sedikitpun, 6 bulan yang lalu pria tua itu mengalami sebuah kecelakaan dengan anaknya, pinokio, paramedis telah mengusahakan yang terbaik, namun semuanya sia sia nyawa bukanlah urusan manusia, katanya umur sudah ada yang mengatur kita tak bisa memaksakan hidup tapi hiduplah yang memaksa kita.
Pak tua itu tak pernah berbicara sedikit pun, terlebih tak ada orang yang bisa diajak bicara di ruangan putih itu, hanya ada sebuah meja dan pembaringan tua, segelas air, kalung yang putus dan sebuah jendela berwarna biru, pak tua itu tak bisa berbuat apa apa hanya termenung, tatapannya kosong seperti mayat hidup menggenggam foto anaknya yang tlah tiada.
Dalam keheningan yang sunyi, tiba tiba seorang lelaki jangkung dengan senyuman hangat menghampirinya entah dari mana, ruangan itu tak memiliki pintu dan jendelanya terkunci rapat tak bisa terbuka, mata sipitnya menatap tajam pak tua yang sedang termenung itu, hudung lancipnya mengarah lurus kehadapan geppeto, "apa kabarmu pak tua?" senyumnya tak luntur juga dengan janggut halus di dagunya, pak tua itu hanya menatapnya sekilas lalu memandangi foto anaknya, dia tak bergeming sedikit pun, "kau merindukannya?" pak tua itu tetap diam tak bersabda "jika kau mau aku bisa membawamu ketempat anakmu berada, kau mau?" mendengar penawaran lelaki jangkung itu, pak tua yang sedari tadi terdiam mulai membuka bibirnya untuk pertama kali "kau tidak berbohong kan? Aku bisa bertemu dengan anakku? Ta... Tapi bukankah anakku sudah tiada?" matanya berkaca kaca penuh harapan, mengharap dapat bertemu dengan anaknya lagi "anakmu tidak pergi hanya tempat mu saja yang kini berbeda dengannya" lelaki itu tersenyum lembut, mendengar kata kata lelaki jangkung itu pak tua tak sanggup menahan air matanya, kakek itu hanya mengangguk dan mencium tangan lelaki yang ada dihadapnnya, "geppeto, aku sandhalpon, aku diberikan anugrah kekuasaan waktu dan umur oleh tuhan, aku bisa membawamu bertemu dengan pinokio, namun ingatlah gepeto kau tak bisa menyentuhnya dan anakmu tak bisa melihatmu, aku tak dianugrahi wewenang itu, apa kau tetap ingin bertemu dengan anakmu? "
" tuan sandhalpon yang mulia, aku hanya ingin melihat wajahnya secara langsung tak dapat memeluknya pun tak apa aku hanya ingin melihatnya lagi, ku mohon bawalah aku ketempat anakku berada, aku merindukannya tuan sandhalpon yang mulia" pak tua itu kini mengusap matanya yang sembab oleh air mata, lelaki jangkung dihadapannya kini tersenyum lebar "geppeto aku akan mengabulkan keinginan mu dengan satu dan hanya satu syarat bersiaplah untuk kembali" senyum sumringaj lelaki itu tiba tiba hilang dan hanya menjentikan tangannya dalam kesenyapan ruangan itu...
#KMP1
#kelasmenulisperpustakaan
#ayomenulis
Keren 👍 saya dulu pernah suka dongeng pinokio
BalasHapussaya mentok bu ngelanjutin ceritanya wkwkwk
Hapus